Kamis, 18 Juni 2020

Sesak Nafas(puisi)

Sesak nafas



Ohhh sang ilahi wahai  kebahagiaan sejati

Kurasakan suka cita dalam kesunyiaan

Ku ingat  ketika matahari fajar dalam hidupku

Angin membawa kumelayang ke angkasa

Mejauhi duka cintaku, aku melihat dari langit

Sungguh Tuhan sesakk nafasku, bergetar bibir ini

 Tak mampu mengucapkan kata bahagiaa

Air mata menyatu dengan hatiku semakin sesak nafasku

Ohhh maha Agung pencipta cakrawala,

Asaku bersuka cita dalam kesunyian bersamamu

Ku puji engkau wahai ilahi dalam kesepian dibawa mentari yang menyingsing, dengan dentingan lagu syukur bersama alam semesta

Kau ku puji sampai  air mata membasahi pipiku

Air mata haru, air mata suka cita, air mata yang keluar dengan nafas yang sesak  menderuh dibawah kakiMu

karena Engkau Tuhan. Piala kebanggaanku .

 


Seni Hidup di Biara Postulat Stella Maris Malang

SENI HIDUP DI BIARA POSTULAT STELLA MARIS MALANG

KARYA ILMIAH

 

 

 

 

OLEH

ALFREDSIUS NGESE DOJA

(Calon Imam Projo Keuskupan Agung Samarinda)

 

POSTULAT STELLA MARIS MALANG

2019/2020

 


 

HALAMAN PENGESAHAN

Judul karya tulis           : Seni Hidup di Biara Postulat Stella Maris Malang

Nama penulis               : Alfredsius Ngese Doja

Disahkan pada

              Hari                :

             Tanggal          :

 

 

 

 

Oleh

 

Rektor  Postulat Stella Maris                                                                  Dosen

 

P. Yosep Gheru Kaka, SVD                                            Drs. Paulus Hadi Pratikno         

                                                                                          

 

 

HALAMAN PERSEMBAHAN

 

Karya tulis ini, penulis persembahkan kepada:

1.      Rm. Yosef Gheru Kaka, SVD

2.      Rm. Martin Anggut, SVD

3.      Rm. Hendrikus Dasrimin, O.Carm

4.      Drs. Paulus Hadi Pratikno

5.      Rekan-rekan postulat stella maris yang aku cintai yakni angkatan ke-XL

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kepada Allah Tritunggal Mahakudus atas rahmatNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sebagai syarat menempuh ujian akhir semester genap mata kuliah bajasa indonesia tahun pelajaran 2019/2020.  Dengan judul “ Seni Hidup di Bira”. Karya tulis ini ditulis dengan tujuan agar orang mengetahui seninya hidup di biara dan memahami alasan mengapa kita mesti bertahan dalam biara.

            Karya tulus ini akan membahas seni hidup di biara yakni dalam kaitannya dengan hidup bersama dan betapa indahnya hidup bersama, selain itu penulis juga akan membahas tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam hidup membiara, yang menjadi faktor penghambat seorang untuk berkembang bahkan kalau tidak ditangani dengan tepat maka akan berakibat fatal. Untuk itu penulus juga menyajikan bagaimana cara untuk menghadapi tantangan-tantangan itu.

Dalam penyelesaian karya tulis ini penulis menyadari peran serta pelbagai pihak sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1.      Rm. Yosf Gheru Kaka, SVD, selaku Rektor Postulat Stella Maris Malang.

2.      Rm. Martin Anggut, SVD, selaku pembimbing Postulat Stella Maris Malang.

3.      Rm. Hendrikus Dasrimin, O.Carm, selaku pembimbing Postulat Stella Maris Malang.

4.      Drs. Paulus Hadi Pratikno, selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang selalu membimbing dalam penulisan karya tulis ini.

5.      Teman-teman yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kedepannya. Akhir kata semoga karya tulis ini berguna bagi semua para pembaca karya tulis ini.

 

Malang, 21 April 2020

 

                                                                                                                                                                                                                                              Penulis

                                                                                                                                  

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN............................................................................................................. i

PERSEMBAHAN.......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................  iii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. v

ABSTRAK..................................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

1.1    Latar Belakang......................................................................................................... 1

1.2    Rumusan Masalah.................................................................................................... 3

1.3    Tujuan Pembahasan................................................................................................. 3

1.4    Manfaat Pembahasan............................................................................................... 3

1.5    Metode Pembahasan................................................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................... 5

2.1 Pilihan Untuk Menjadi Seorang Rasul...................................................................... 5

2.2 Mengenal Diri........................................................................................................... 6

2.3 Dasar Biblis dan Ajaran Gereja................................................................................ 7

BAB III KEHIDUPAN DI BIARA............................................................................. 9

3.1  Seni Hidup Di Biara................................................................................................ 9

3.2 Tantangan Yang Biasa Dihadapi Dalam Biara......................................................... 10

3.2.1 Mengatasi Tantangan Yang Sering Dihadapi........................................................ 11

3.3  Penyebab Orang Tidak Merasa Betah Hidup Di Biara............................................ 13

3.3.1 Menjadikan Biara Tempat Yang Menyenangkan.................................................. 14

BAB IV PENUTUP....................................................................................................... 16

4.1 Kesimpulan............................................................................................................... 16

4.2 Saran......................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 18

 

 

ABSTRAK

Alfredsius Ngese Doja, 2020, Seni Hidup Di Biara Postulat Stella Maris Malang, Karya Tulis, Postulat Stella Maris Malang.

           Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis untuk membantu mereka yang telah memutuskan untuk masuk biara, agar tetap setia dengan keputusan awalnya itu dan terus mencari kebahagiaan sejati yang ada di dalam biara, sebab berdasarkan pengalaman yang telah dirasakan sendiri oleh penulis banyak calon biarawan atau kaum religius yang memutuskan untuk keluar dari biara karena apa yang mereka harapkan tidak mereka temukan, tentu ini terjadi karena adanya kesalahpahaman dari cara berpikir. Oleh karena itu penulis akan menyajikan apa saja hal-hal atau seninya hidup di biara dan cara mengatasi masalah/persoalan yang biasa dihadapi dalam hidup berkomunitas.

           Adapun metode yang di gunakan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, yaitu menggunakan metode studi kepustakaan dengan memanfaatkan buku-buku yang berkaitan secara langsung maupun tidak secara langsung dengan karya tulis ini sebaagi sumber referensi.

Berdasarkan temuan penulis dalam berbagai perbandingan dibeberapa sumber, penulis menyimpulakn bahwa dalam hidup itu dimanapun kita apapun usia kita masalah/persoalan akan selalu datang, datang dan datang lagi. Jangan sampai kita menyerah dan mengorbankan cita-cita yang luhur karena masalah yang kita hadapai. Temukanlah kebahagiaan dan seninya hidup di biara, ini adalah hadiah luar biasa yang Tuhan berikan kepada kita seumur hidup kita, jangan kita cepat  memutuskan untuk keluar apabilah belum tahu seninya hidup di biara.

           Kata kunci: seni, biara, komunitas, persoalan, setia


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang Masalah

 Kemurnian suci menunjukan kepada dunia cinta itu mungkin. Zaman sekarang masih dicari-cari kenikmatan duniawi yang kadang kala dapat menurunkan derajat kemanusiaan. Orang muda sekarang berpendapat bahwa hidup akan bahagia apabilah sukses dalam pelbagai hal yang diharapkan. Sukses dalam meraih jabatan/pangkat sosial yang tinggi, hidup di pusat kota yang menjanjikan pelbagai fasilitas yang memudahkan manusia. Hal ini justru berbanding terbalik dengan kaum religius yang memilih hidup sederhana, mereka melihat bahwa kekayaan, jabatan, atau kedudukan sosial itu adalah hal-hal yang tidak mendasar, itu semua justru bisa mendatangkan penderitaan kalau orang secara berlebihan mengusahakannya.

      Untuk hidup sebagai kaum religius bukanlah perkara yang mudah, banyak pemuda/pemudi yang mau menggabungkan dirinya pada ordo atau tarekat tertentu tidak merasa nyaman atau kerasan hidup di biara dengan pelbagai macam tantangan dan aturan yang ada di dalamnya, atau bahkan keluar dari biara karena seleksi alam. inilah yang dikatakan dalam Mat.22:14 “ Sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.” Banyak yang masuk postulat untuk menjadi imam/bruder tetapi sedikit saja yang sampai pada garis finis, yang lain gugur di jalan.  Ada yang sampai meninggalkan jabatannya entah sudah serjana atau sudah menjadi orang sukses kemudian masuk biara. Namun karena merasa tidak kerasan hidup di dalam biara akhirnya keluar lagi, kalau beginikan sangat merugikan diri sendiri dan orang lain terutama orang tua, juga mereka yang baru lulus sekolah biaya masuk postulat tentu sangat mahal bagi yang orang tuanya kurang mampu kemudian kita masuk dan keluar seenaknya saja tanpa pikir panjang, yang sangat disayangkan adalah faktor yang membuat mereka keluar adalah karena tidak betah hidup di biara dan sulitnya menyesuaikan diri dengan orang lain. padahal dalam hidup komunitas kita harus bisa dengan cepat beradaptasi dengan mencintai orang lain bukan hanya mau agar orang lain mencintai diri kita.

      Dengan permasalahan yang diuraikan diatas penulis tertarik untuk membuat makala yang berjudul “ Seni Hidup di Biara Postulat Stella Maris Malang “. Dalam KBBI seni adalah kecakapan membuat(menciptakan) sesuatu yang elok-elok atau indah dan biara dalam KBBI adalah gedung kediaman orang laki-laki/perempuan yang bernazar hendak memegang nasihat Injil dibawah pimpinan seorang ketua menurut aturan tarekatnya. Maksud dari pembuatan makala ini adalah agar para postulat semakin memahami indahnya hidup di biara, dapat mengatasi pelbagai tantangan yang sering dialami, mudah beradaptasi. Dengan demikian semakn betah hidup di biara sehingga dapat menjawab panggilan Allah untuk melayani sesama manusia dan demi kemulian Allah sendiri.

   

 

 

 

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa seninya hidup di biara?

2. Apa tantangan hidup di biara?

3. Mengapa orang tidak betah hidup di biara?

4. Bagaimana menjadikan biara tempat yang menyengankan?

 

1.3 Tujuan Pembahasan

      1.Untuk mengetahui seninya hidup di biara

      2.Untuk mengetahui tantangan yang sering dialami dalam hidup membiara

      3.Untuk mengetahui penyebab orang tidak betah hidup di biara.

      4.Menjadikan biara tempat yang menyenangkan bagi para postulan Stella            Maris Malang

 

1.4 Manfaat

            Agar para calon imam/bruder yang hidup di biara dapat mengetahui pelbagai tantangan dalam biara juga sukacitanya sehingga mudah menyesuaikan diri dan dapat bertahan dalam menempuh panggilan hidup yang suci. Menyadarkan mereka yang masuk biara, bahwa hidup di biara itu indah dan seni walau punya pelbagai macam rintangan. Justru dengan adanya rintangan itu yang menjadikan biara tempat yang indah, dan itu tidak akan terulang lagi apabilah kita telah usai tamat atau telah menyelesaikan pendidikan di biara postulat stella maris malang.

 

1.5 Metode Pembahasan

            Metode yang digunakan penulis dalam pembahasan karya tulis ini adalah metode kepustakaan dengan menggunakan buku-buku sebagai acuan dan referensi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

2.1 Pilihan Untuk Menjadi Seorang Rasul

            Siapa saja boleh menjadi rasul Yesus Kristus. Setiap orang diundang untuk maksud ini. kita hanya perlu memilihnya, awalnya kitalah yang menentukan dan Tuhanlah yang memutuskan apakah kita dipilih atau tidak. Meskipun demikian sangat penting bagi kita untuk belajar dari Yesus dan tinggal bersama Dia ( dalam biara ). Bila kita menyediakan waktu khusus untuk belajar dari Yesus Kristus, kita memang sedang menjadi murid-Nya, seorang murid secara otomatis spontan dan bahkan secara tidak sadar selalu berpikir seturut pikiran Yesus, berbicara dalam kosa kata Yesus, memutuskan segala sesuatu sesuai dengan ajaranNya dan membandingkan keputusan-keputusannya sesuai dengan teladan hidupNya ( david knight, 2002: 41). Dalam Injil Markus. 10: 28-31 tentang upah mengikuti Yesus. Yesus sendiri berkata kepada muridNya bahwa ” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerimanya kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang datang ia akan menerima hidup yang kekal”.

 

2.2 Mengenal Diri

            Mengenal kristus berarti mengenal diri sendiri. Di dalam kristus baru menjadi jelas kerinduan hati manusia. Konsili berkata : “ Kristus menampakan manusia kepada manusia sendiri, serta menyingkapkan panggilannya yang amat tinggi” ( gaudium et spes a.22). Kalau mengenal Kristus, manusia mulai berani percaya pada diri sendiri, bukan pada daya dan kekuatannya sendiri, tetapi kepada nilai yang amat tinggi, yang dimilikinya dalam pandangan Tuhan, orang yang percaya pada Kristus tahu betul ia berharga dalam amal Tuhan, iman akan kristus berarti harga diri ( tom jakobs ; 1985:80)

            Yang paling dibutuhkan orang adalah harga diri. Suatu pegangan dalam diri sendiri. Tidak takut, tidak berkecil hati, tidak malu, tidak minder, tentu juga tidak sombong. Tetapi berani hidup, berani maju, berani mengembangkan nilai kepribadian yang begitu berharga, karena merasa diri dijamin oleh Allah sendiri.: jikaulah Allah di pihak kita, siapa akan melawan kita?” ( Rom. 8:31). Menyebar semangat keberanian dan kepercayaan itu, itulah kerasulan. Dan kerasulan itu tidak hanya dijalankan diantara mereka yang belum pernah mendengar tentang Kristus. Orang kristenpun membutuhkan Peneguhan iman, itu semua membutuhkan baik yang sudah mengenal Kristus maupun yang belum, semua harus semakin menyadari panggilan Allah, serta cinta Tuhan yang dinyatakan dalam PuteranNya ( jacobs, 1985: 81)

 

 

 

2.3 Dasar Biblis dan Ajaran Gereja

*      Matius. 4 : 19 “.... Mari ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”.

*      Matius. 8 : 22 “....Ikutlah Aku dan biarlah orang mati mengubur orang mati”.

*       Matius 10. 10 : 1 “ Yesus memanggil kedua belas muridNya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan”

*      Lumen gentium “ Allah memangggil berhimpun orang yang dengan penuh kepecayaan mengarahkan pandangannya kepada Yesus, pencipta keselamatan dan dasar kesatuan serta perdamaian, dan membentuk mereka menjadi gereja, supaya bagi semua dan setiap orang mereka menjadi sakramen yang kelihatan dari kesatuan yang kelihatan dari kesatuan yang menyelamatkan” ( a. 90)

*      KHK 1983 kanon 277 & 1 : “ Para klerikus terikat kewajiban untuk memelihara tarak sempurna dan seumur hidup, demi kerajaan surga dan karena itu terikat selibat yang merupakan anugerah istimewa Allah; dengan itu para pelayan rohani dapat lebih mudah bersatu dengan Kristus dengan hati tak terbagi dan membaktikan diri lebih bebas untuk pengabdian kepada Allah dan kepada sesama manusia”.

*      Ensiklik Sacerdotalis Celibatus “ Kemurnian demi kerajaan surga bukan suatu yang diperoleh sekali untuk selama-lamanya tetapi  adalah akibat suatu perjuangan.

*      Yohanes. 1: 47 “......lihat, inilah seorang israel sejati tidak ada kepalsuan didalamnya”

*      Matius. 19 : 11-12 “ Akan tetapi ia berkata kepada mereka :  tidak semua orang mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja..... dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena kerajaan surga”

*      Matus. 16 : 24 “....setiap orang yang mau mengikuti aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KEHIDUPAN DI BIARA

 

3.1  Seni Hidup Di Biara

            Orang-orang yang hidup di biara adalah mereka yang merasa terpanggil untuk hidup selibat demi kerajaan Allah. Seharusnya dengan sendirinya mereka merasa bahagia sebab ini adalah pilihan mereka sendiri, beda lagi kalau ada paksaan dari pihak luar, mereka yang mendapat paksaan akan mengalami kesulitan dan tidak krasan/betah hidup di biara. Sikap yang dipilih dengan sengaja itu dilakukan karena nilai yang jauh lebih luhur dari nilai-nilai lainnya, yakni demi kerajaan surga. Matius 19 : 12 “...dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri okeh karena kerajaan surga”. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti”.

            Melaui hidup bersama kita dapat saling memberi perhatian kepada orang lain. Dietrich Bonhoeffer berkata “ orang yang mencintai komunitas menghancurkan komunitas; orang yang mencintai saudara-saudaranya membangun komunitas”. Dalam komunitas kita akan mendapat kasih sayang dan cinta dari orang lain dan dengan sendirinya karena kedekatan kita dengan doa, buku-buku rohani, nasihat-nasihat dari para sahabat dan formator kita akan tergerak untuk saling mengasihi satu sama lain sebagaimana Kristus yang telah mengasihi kita. Kalau didalam kita sudah tergerak untuk mencintai saudara kita maka rasanya indah sekali hidup berkomunitas. Bercanda bersama, menangis bersama, berjuang bersama sebagai saudara, bukan karena ada hubungan darah tapi itulah saudara yang tak sedarah, selain kita selalu bersama dalam suka maupun duka dalam komunitas kita juga perlu menyendiri dan bersekutu dengan Allah, orang yang haus akan doa akan menyukai waktu-waktu hening bersama Allah. Dalam biara kita dapat berjumpa dengan Allah secara pribadi dan mendalam. Allah mencintai kita dan memasukan kita ke dalam rahasia dan kasih Tritungal, didalamnya kita dapat tinggal dalam kasihNya. Semakin erat hubungan kita dengan Allah semakin kita menyadari dan menemukan arti hidup yakni suatu kedamaian batin hingga orang dapat berpikir bahwa biara adalah surga yang Allah berikan dibawah matahari ini.

3.2 Tantangan Yang Biasa Dihadapi Dalam Biara

            Masalah atau tantangan adalah seni karena dengan itu kemampuan kita semakin nampak, kita semakin dikuatkan dan menjadi suatu pribadi yang integral. Contoh-contoh masalah yang biasa dihadapi yaitu masalah keluarga, entah orang tua yang tidak merestui, orang tua yang kurang mampu membiayai, orang tua yang mempercayakan kita untuk mewarisi kekayaan atau aset keluarga, orang tua yang berharap agar kita dapat menjadi anak yang mampu merawat mereka dimasa tua mereka bahkan orang tua yang mengharapkan supaya anaknya menjadi tulang punggung keluarga, dan masih banyak lagi yang lain. Berdasarkan pengalaman, keluarga menjadi salah satu faktor tantangan yang besar bagi para postulan. Kemudian tantangan yang sekanjutnya yaitu sulitnya menyesuaikan diri dengan pola hidup di biara, contoh  ketika dirumah tidak pernah bangun pagi-pagi untuk berdoa, kini harus bangun pagi setiap hari. Hal ini dapat membuat yang bersangkutan mengalami tantangan yang apabila tidak diatasi maka bisa saja yang bersangkutan mengundurkan diri karena hal spele ini yang padahal awalnya ia punya semangat yang berkobar-kobar untuk menjadi seorang imam/bruder demi melayani orang lain. Kemudian masalah selanjutnya yaitu masalah studi, ini juga tantangan yang tidak bisa dianggap spele karena setiap orang memiliki daya tangkap yang berbeda-beda, dan kalau kita tidak bisa menyesuaikan diri maka cepat atau lambat kita akan keluar dari biara, inilah yang dinamakan seleksi alam.

 

 

3.2.1 Mengatasi Tantangan Yang Sering Dihadapi

            Untuk membantu para postulan/formandi dalam mencapai kedewasaan dalam bertindak dan cara berpikir

a)      Semangat Menghayati Injil

Para postulan harus menyerahkan diri secara total kepada Allah. Mengasihi dan mengabdi Tuhan dan sesama dengan hati yang tak terbagi. Berpantang dari segala sesuatu yang bertentangan dengan kemurnia batin atas keutamaan dan cinta bakti kepada Tuhan. Mulai menyadari untuk setia dengan pilihan hidup, gembira total, bebas dan penuh kasih menanggapi cinta kasih Kristus. Merelakan diri untuk pengabdian kepada Tuhan dan sesama, bersatu akrab dengan Kristus, mulai menghayati doa dan devosi.

b)      Kemampuan Hidup Komunitas

Komunitas menjadi tempat transformasi diri: hidup bersama untuk semakin dapat menghayati dan mewujutkan panggilan ( F.M.Prasetio.1992 : 2007 ). Oleh karena itu mutu komunitas dilihat dari kemampuannya mendukung pertumbuhan nilai-nilai yang dipilih dengan bebas dan diikarkannya mendukung masing-masing anggota untuk mencintai Allah dengan sepenuh hati. Komunitas menjadi tanda kehadiran cinta dan kesetiaan kristus karena setiap anggota mau mengambil bagian dalam cinta Kristus. Cinta ini menjadi nyata dalam usaha saling memberikan diri dalam komunitas.

Dalam komunitas juga diharapkan untuk hidup sehati dan sejiwa, saling mengilhami untuk mengambil sikap hidup yang sungguh kristiani, mengabdikan diri penuh cinta kasih kepada satu sama lain, mewujutkan cinta kasih Kristus dalam hidup bersama, saling membantu bila menghadapi kesulitan, saling memahami dan mempercayai, saling memberi peluang bagi gerak hidup, sanggup mendengarkan, sanggup berkorban dengan tulus, ikut senang dan bangga terhadap keberhasilan orang lain, memiliki sikap hidup bersahajat: sederhana dalam tingkah laku, tidak menuntut lebih, tidak fanatik memegang pendapat sendiri, dan memiliki kesetiakawanan yang tulus dan pengabdian dengan gembira. Membuka diri, mengakui kelemahan dan kelebihan orang lain, menolong orang lain dengan penuh penuh rasa cinta kasih sehingga orang lain merasa diperlakukan seperti seorang saudara kandung, serta  mau berkorban bagi orang lain.

c)      Kemampuan Untuk Menerima Kenyataan

Seorang postulan termaksud dewasa apabila ia terbuka untuk mengetahui dan menerima dirinya dan orang lain.dalam hal studi, apabila kita mengetahui dimana kelemahan kita, kita harus terima itu sebagai kenyataan dan harus kita akui kalau dibidang tertentu kita memiliki kelemahan. Namun kita tidak hanya berhenti sampai disitu saja melainkan berjuang dengan semangat pembaharuan terus-menerus dan harus yakin bahwa tantangan apapun kalau kita punya tekat yang kuat dan semangat yang tinggi kita pasti dapat melewatinya dengan baik. Kita percaya bukan hanya pada hal-hal yang ternyata mendatangkan keberhasilan tetapi juga terhadap hal-hal yang sedang kita usahakan, dan bila mengalami kegagalan itu hal yang wajar bahkan menjadi nutrisi bagi kesuksesan kita jadi jangan pernah mengeluh dan putus asa. Sebab orang sukses adalah orang yang banyak mengalami kegagalan.

3.3  Penyebab Orang Tidak Merasa Betah Hidup Di Biara

            Ritme hidup yang monoton membuat orang merasa bosan dan pengen keluar dari biara untuk menikmati hidup yang lebih menggembirakan, apalagi biara yang dengan tembol-tembok yang tinggi yang tidak mengijinkan para anggota biara seenaknya keluar dari komunitas. Selain itu sulitnya untuk bergaul dengan orang lain yang berbeda suku, karakter, budaya, membuat orang merasa tidak dapat hidup besama karena latarbelakang yang berbeda-beda apalagi orang yang mudah tersinggung sakit hati. Bila bertemu dengan orang lain yang bicaranya kasar atau bergurau yang berlebihan yang menurut mereka sendiri adalah hal yang biasa, misalnya orang timur ( flores) dan batak, ini adalah dua suku yang sama-sama dalam tanda kutip bisa dibilang keras, yang berbeda dengan orang jawa yang cenderung halus, lembut. Untuk itu kita tidak mungkin memaksakan orang lain harus sama dengan kita. Selanjutnya mengapa orang tidak betah hidup dibiara itu juga dikarenakan belum adanya tujuan yang pasti dia belum menentukan mau jadi apa, karena ada perasaan ragu-ragu atau hanya karena melaksanakan tuntutan lingkungan seperti masuk biara hanya karena disuruh orang tua, atau masuk biara karena ikut-ikutan orang lain, karena teman dekat masuk biara maka kita juga harus masuk biara seperti ini yang bahaya, akan rentang sekali untuk keluar dari biara kalau motivasinya seperti ini.

3.3.1 Menjadikan Biara Tempat Yang Menyenangkan

Agar para postulan dapat memahami  hidup dibiara, dengan demikian semakin betah dan tidak cepat-cepat memutuskan untuk keluar.

a.       Sebuah Penghayatan

Dalam mengikuti setiap proses pmbinaan di biara, kita tidak bisa hanya mengikuti berbagai aktivitas di dalam biara kita hanya mengikuti jadwal yang ditentukan.  Dalam setiap kegiatan kita harus menghayatinya sebagai bentuk pengendalian diri terhadap pelbagai keinginan yang tidak teratur, kemudian melaksanakan kegiatan atau pekerjaan dengan tulus dan cinta sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan dan sesama. Dengan demikian kita akan memiliki semangat dalam aktivitas apapun karena semuanya demi kemuliaan Tuhan dan kedamaian batin kita sendiri.

b.      Kedewasaan Hubungan Dengan Orang Lain

Kita harus sanggup mencintai, perhatian yang sejati, berempati dan melayani sesama dengan tulus. Ini bukan hal yang mudah untuk itu kita harus terus mengolahnya setiap hari. Kita harus membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tanpa ada konflik dalam setiap situasi, kita harus sanggup bekerja dalam kelompok yang lawanya adalah sikap yang menghindari segala macam konflik, sikap ketergantungan pada orang lain atau sebaliknya sepi menyendiri. Kemampuan untuk bersikap rileks dan bergembira pada saat yang sama bersikap sungguh-sungguh bila dibutuhkan. Rasa syukur yang mendalam dan ketakjuban atas hal duniawi, namun pada saat yang sama memiliki sikap lepas-lepas terhadap hal ihwal tersebut.

c.       Mampu Membatinkan Nilai Pangggilan

Kita harus mampu menerima iman dan kepercayaan kaena memang sesuai dengan sistem dasariah nilai dan tujuan hidupnya, sehingga rangsangan dari luar lebih sekunder sifatnya. Dengan segala mutu kepribadian ia akan berusaha maju dan bertekun dalam panggilan dan hidup rohaninya sebagai  calon biarawan/ klerus.

Pembatinan terjadi apabilah seseorang menerima nilai yang membuatnya makin terbuka untuk menghayati dan semakin mendorongnya untuk mengubah diri. Ia semakin bersedia untuk diubah oleh nilai tersebut dan itu dilakukan demi cinta dan kepentingan bukannya untuk maksud lain seperti defensif utilitaris.

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1)      Hidup di biara adalah salah satu seni dalam hidup ini, kita akan semakin mengenal pribadi kita dan sesama secara lebih mendalam.

2)      Kita dapat semakin mencintai Tuhan dan sesama.

3)      Melalui persoalan dan pelbagai tantangan yang menimpah diri kita akan menjadikann kita sebagai pribadi yang utuh.

4)      Kita akan memperoleh rahmat dari Allah dalam setiap tantangan yang kita hadapi melalui doa dan penyerahan diri.

5)      Kita semakin memiliki banyak waktu untuk Tuhan, sesama dan diri sendiri melalui aturan hidup dalam biara bukan supaya kita terkekang melainkan agar hidup kita rapi teratur

6)      Melalui doa kita dapat menyingkirkan keinginan-keinginan yang tidak teratur dalam diri kita yang dapat menyebabkan kita menderita.

7)      Kita akan memperoleh kedamaian sejati yakni kebebasan batin, keserasian, ketenangan, dan tidak terikat dengan hal-hal duniawi.

8)      Kita menjadi manusia yang mempersembahkan seluruh hidup kita bagi tuhan. Yang semuanya demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita.

 

 

 

4.2 Saran

1)      sebaiknya kita harus sadar akan pentingnya pengetahuan tentang seni hidup di biara agar dapat semakin menghayati hidup panggilan dan menjadikan biara sebagai tempat yang menyenangkan bukan merupakan sebuah penjara.

2)      Dalam hidup ini setiap orang pasti mempunyai masalah dan masalah itu akan datang terus, jadi jangan mudah putus asa dan cepat mengambil keputusan tanpa pemikiran yang panjang.

3)      Kenali diri sendiri dan jadilah bijak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

           

DAFTAR PUSTAKA

Knight, David. 2001. Menanggapi Yesus. Jakarta: Obor

Nowen, J, M,  Hendrik dkk.1998. komunitas alternatif. Yogyakarta: Kanisius

Prince, Derek. 1994. Tujuan hidup. Jakarta: Yayasan Pengkabaran Injil Imanuel

Widarso, wisnubroto. 1994. Kiat hidup sukses. Yogyakarta: Kanisius