SENI
HIDUP DI BIARA POSTULAT STELLA MARIS MALANG
KARYA
ILMIAH
OLEH
ALFREDSIUS
NGESE DOJA
(Calon
Imam Projo Keuskupan Agung Samarinda)
POSTULAT
STELLA MARIS MALANG
2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN
Judul karya
tulis : Seni
Hidup di Biara Postulat Stella Maris Malang
Nama
penulis : Alfredsius Ngese
Doja
Disahkan pada
Hari :
Tanggal :
Oleh
Rektor Postulat Stella Maris
Dosen
P. Yosep Gheru
Kaka, SVD
Drs. Paulus Hadi
Pratikno
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini,
penulis persembahkan kepada:
1.
Rm. Yosef Gheru Kaka,
SVD
2. Rm.
Martin Anggut, SVD
3. Rm.
Hendrikus Dasrimin, O.Carm
4. Drs.
Paulus Hadi Pratikno
5.
Rekan-rekan postulat
stella maris yang aku cintai yakni angkatan ke-XL
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Tritunggal
Mahakudus atas rahmatNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sebagai
syarat menempuh ujian akhir semester genap mata kuliah bajasa indonesia tahun
pelajaran 2019/2020. Dengan judul “ Seni
Hidup di Bira”. Karya tulis ini ditulis dengan tujuan agar orang mengetahui
seninya hidup di biara dan memahami alasan mengapa kita mesti bertahan dalam
biara.
Karya tulus ini akan membahas seni
hidup di biara yakni dalam kaitannya dengan hidup bersama dan betapa indahnya
hidup bersama, selain itu penulis juga akan membahas tantangan-tantangan yang
akan dihadapi dalam hidup membiara, yang menjadi faktor penghambat seorang
untuk berkembang bahkan kalau tidak ditangani dengan tepat maka akan berakibat
fatal. Untuk itu penulus juga menyajikan bagaimana cara untuk menghadapi
tantangan-tantangan itu.
Dalam
penyelesaian karya tulis ini penulis menyadari peran serta pelbagai pihak
sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Rm.
Yosf Gheru Kaka, SVD, selaku Rektor Postulat Stella Maris Malang.
2. Rm.
Martin Anggut, SVD, selaku pembimbing Postulat Stella Maris Malang.
3. Rm.
Hendrikus Dasrimin, O.Carm, selaku pembimbing Postulat Stella Maris Malang.
4. Drs.
Paulus Hadi Pratikno, selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang selalu
membimbing dalam penulisan karya tulis ini.
5. Teman-teman
yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kedepannya. Akhir
kata semoga karya tulis ini berguna bagi semua para pembaca karya tulis ini.
Malang, 21 April 2020
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
PENGESAHAN.............................................................................................................
i
PERSEMBAHAN.......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................
v
ABSTRAK..................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang.........................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah....................................................................................................
3
1.3 Tujuan
Pembahasan.................................................................................................
3
1.4 Manfaat
Pembahasan...............................................................................................
3
1.5 Metode
Pembahasan................................................................................................
4
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................................
5
2.1 Pilihan Untuk
Menjadi Seorang Rasul......................................................................
5
2.2 Mengenal Diri...........................................................................................................
6
2.3 Dasar Biblis dan
Ajaran Gereja................................................................................
7
BAB III KEHIDUPAN DI
BIARA.............................................................................
9
3.1 Seni Hidup Di Biara................................................................................................
9
3.2 Tantangan Yang
Biasa Dihadapi Dalam Biara.........................................................
10
3.2.1 Mengatasi
Tantangan Yang Sering Dihadapi........................................................
11
3.3 Penyebab Orang Tidak Merasa Betah Hidup Di
Biara............................................
13
3.3.1 Menjadikan Biara
Tempat Yang Menyenangkan.................................................. 14
BAB IV PENUTUP....................................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan............................................................................................................... 16
4.2 Saran......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 18
ABSTRAK
Alfredsius Ngese
Doja, 2020, Seni Hidup Di Biara Postulat Stella Maris Malang, Karya Tulis,
Postulat Stella Maris Malang.
Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh
keinginan penulis untuk membantu mereka yang telah memutuskan untuk masuk
biara, agar tetap setia dengan keputusan awalnya itu dan terus mencari
kebahagiaan sejati yang ada di dalam biara, sebab berdasarkan pengalaman yang
telah dirasakan sendiri oleh penulis banyak calon biarawan atau kaum religius
yang memutuskan untuk keluar dari biara karena apa yang mereka harapkan tidak
mereka temukan, tentu ini terjadi karena adanya kesalahpahaman dari cara
berpikir. Oleh karena itu penulis akan menyajikan apa saja hal-hal atau seninya
hidup di biara dan cara mengatasi masalah/persoalan yang biasa dihadapi dalam
hidup berkomunitas.
Adapun metode yang di gunakan penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ini, yaitu menggunakan metode studi kepustakaan
dengan memanfaatkan buku-buku yang berkaitan secara langsung maupun tidak
secara langsung dengan karya tulis ini sebaagi sumber referensi.
Berdasarkan
temuan penulis dalam berbagai perbandingan dibeberapa sumber, penulis
menyimpulakn bahwa dalam hidup itu dimanapun kita apapun usia kita
masalah/persoalan akan selalu datang, datang dan datang lagi. Jangan sampai
kita menyerah dan mengorbankan cita-cita yang luhur karena masalah yang kita
hadapai. Temukanlah kebahagiaan dan seninya hidup di biara, ini adalah hadiah
luar biasa yang Tuhan berikan kepada kita seumur hidup kita, jangan kita
cepat memutuskan untuk keluar apabilah
belum tahu seninya hidup di biara.
Kata kunci: seni, biara, komunitas,
persoalan, setia
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemurnian suci menunjukan kepada dunia cinta
itu mungkin. Zaman sekarang masih dicari-cari kenikmatan duniawi yang kadang
kala dapat menurunkan derajat kemanusiaan. Orang muda sekarang berpendapat
bahwa hidup akan bahagia apabilah sukses dalam pelbagai hal yang diharapkan.
Sukses dalam meraih jabatan/pangkat sosial yang tinggi, hidup di pusat kota
yang menjanjikan pelbagai fasilitas yang memudahkan manusia. Hal ini justru
berbanding terbalik dengan kaum religius yang memilih hidup sederhana, mereka
melihat bahwa kekayaan, jabatan, atau kedudukan sosial itu adalah hal-hal yang
tidak mendasar, itu semua justru bisa mendatangkan penderitaan kalau orang
secara berlebihan mengusahakannya.
Untuk hidup sebagai kaum religius bukanlah perkara yang mudah,
banyak pemuda/pemudi yang mau menggabungkan dirinya pada ordo atau tarekat
tertentu tidak merasa nyaman atau kerasan hidup di biara dengan pelbagai macam
tantangan dan aturan yang ada di dalamnya, atau bahkan keluar dari biara karena
seleksi alam. inilah yang dikatakan dalam Mat.22:14 “ Sebab banyak yang
dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.” Banyak yang masuk postulat untuk
menjadi imam/bruder tetapi sedikit saja yang sampai pada garis finis, yang lain
gugur di jalan. Ada yang sampai
meninggalkan jabatannya entah sudah serjana atau sudah menjadi orang sukses
kemudian masuk biara. Namun karena merasa tidak kerasan hidup di dalam biara
akhirnya keluar lagi, kalau beginikan sangat merugikan diri sendiri dan orang
lain terutama orang tua, juga mereka yang baru lulus sekolah biaya masuk
postulat tentu sangat mahal bagi yang orang tuanya kurang mampu kemudian kita
masuk dan keluar seenaknya saja tanpa pikir panjang, yang sangat disayangkan
adalah faktor yang membuat mereka keluar adalah karena tidak betah hidup di
biara dan sulitnya menyesuaikan diri dengan orang lain. padahal dalam hidup
komunitas kita harus bisa dengan cepat beradaptasi dengan mencintai orang lain
bukan hanya mau agar orang lain mencintai diri kita.
Dengan permasalahan yang diuraikan diatas penulis tertarik
untuk membuat makala yang berjudul “ Seni Hidup di Biara Postulat Stella Maris
Malang “. Dalam KBBI seni adalah kecakapan membuat(menciptakan) sesuatu yang
elok-elok atau indah dan biara dalam KBBI adalah gedung kediaman orang
laki-laki/perempuan yang bernazar hendak memegang nasihat Injil dibawah
pimpinan seorang ketua menurut aturan tarekatnya. Maksud dari pembuatan makala
ini adalah agar para postulat semakin memahami indahnya hidup di biara, dapat
mengatasi pelbagai tantangan yang sering dialami, mudah beradaptasi. Dengan
demikian semakn betah hidup di biara sehingga dapat menjawab panggilan Allah
untuk melayani sesama manusia dan demi kemulian Allah sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa seninya hidup di
biara?
2. Apa tantangan hidup
di biara?
3. Mengapa orang tidak
betah hidup di biara?
4. Bagaimana menjadikan
biara tempat yang menyengankan?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.Untuk mengetahui seninya hidup di biara
2.Untuk
mengetahui tantangan yang sering dialami dalam hidup membiara
3.Untuk mengetahui penyebab orang tidak
betah hidup di biara.
4.Menjadikan biara tempat yang
menyenangkan bagi para postulan Stella Maris Malang
1.4 Manfaat
Agar para calon imam/bruder yang
hidup di biara dapat mengetahui pelbagai tantangan dalam biara juga sukacitanya
sehingga mudah menyesuaikan diri dan dapat bertahan dalam menempuh panggilan
hidup yang suci. Menyadarkan mereka yang masuk biara, bahwa hidup di biara itu
indah dan seni walau punya pelbagai macam rintangan. Justru dengan adanya
rintangan itu yang menjadikan biara tempat yang indah, dan itu tidak akan
terulang lagi apabilah kita telah usai tamat atau telah menyelesaikan
pendidikan di biara postulat stella maris malang.
1.5 Metode Pembahasan
Metode
yang digunakan penulis dalam pembahasan karya tulis ini adalah metode
kepustakaan dengan menggunakan buku-buku sebagai acuan dan referensi.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pilihan Untuk Menjadi
Seorang Rasul
Siapa saja boleh menjadi rasul Yesus
Kristus. Setiap orang diundang untuk maksud ini. kita hanya perlu memilihnya,
awalnya kitalah yang menentukan dan Tuhanlah yang memutuskan apakah kita
dipilih atau tidak. Meskipun demikian sangat penting bagi kita untuk belajar
dari Yesus dan tinggal bersama Dia ( dalam biara ). Bila kita menyediakan waktu
khusus untuk belajar dari Yesus Kristus, kita memang sedang menjadi murid-Nya,
seorang murid secara otomatis spontan dan bahkan secara tidak sadar selalu
berpikir seturut pikiran Yesus, berbicara dalam kosa kata Yesus, memutuskan
segala sesuatu sesuai dengan ajaranNya dan membandingkan keputusan-keputusannya
sesuai dengan teladan hidupNya ( david knight, 2002: 41). Dalam Injil Markus.
10: 28-31 tentang upah mengikuti Yesus. Yesus sendiri berkata kepada muridNya
bahwa ” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan
karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya
perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang
pada masa ini juga akan menerimanya kembali seratus kali lipat: rumah, saudara
laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai
penganiayaan, dan pada zaman yang datang ia akan menerima hidup yang kekal”.
2.2 Mengenal Diri
Mengenal kristus berarti mengenal
diri sendiri. Di dalam kristus baru menjadi jelas kerinduan hati manusia.
Konsili berkata : “ Kristus menampakan manusia kepada manusia sendiri, serta
menyingkapkan panggilannya yang amat tinggi” ( gaudium et spes a.22). Kalau mengenal
Kristus, manusia mulai berani percaya pada diri sendiri, bukan pada daya dan
kekuatannya sendiri, tetapi kepada nilai yang amat tinggi, yang dimilikinya
dalam pandangan Tuhan, orang yang percaya pada Kristus tahu betul ia berharga
dalam amal Tuhan, iman akan kristus berarti harga diri ( tom jakobs ; 1985:80)
Yang paling dibutuhkan orang adalah
harga diri. Suatu pegangan dalam diri sendiri. Tidak takut, tidak berkecil
hati, tidak malu, tidak minder, tentu juga tidak sombong. Tetapi berani hidup,
berani maju, berani mengembangkan nilai kepribadian yang begitu berharga,
karena merasa diri dijamin oleh Allah sendiri.: jikaulah Allah di pihak kita,
siapa akan melawan kita?” ( Rom. 8:31). Menyebar semangat keberanian dan
kepercayaan itu, itulah kerasulan. Dan kerasulan itu tidak hanya dijalankan
diantara mereka yang belum pernah mendengar tentang Kristus. Orang kristenpun
membutuhkan Peneguhan iman, itu semua membutuhkan baik yang sudah mengenal
Kristus maupun yang belum, semua harus semakin menyadari panggilan Allah, serta
cinta Tuhan yang dinyatakan dalam PuteranNya ( jacobs, 1985: 81)
2.3 Dasar Biblis dan Ajaran Gereja
Matius.
4 : 19 “.... Mari ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”.
Matius.
8 : 22 “....Ikutlah Aku dan biarlah orang mati mengubur orang mati”.
Matius 10. 10 : 1 “ Yesus memanggil kedua
belas muridNya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan
untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan”
Lumen
gentium “ Allah memangggil berhimpun orang yang dengan penuh kepecayaan
mengarahkan pandangannya kepada Yesus, pencipta keselamatan dan dasar kesatuan
serta perdamaian, dan membentuk mereka menjadi gereja, supaya bagi semua dan
setiap orang mereka menjadi sakramen yang kelihatan dari kesatuan yang
kelihatan dari kesatuan yang menyelamatkan” ( a. 90)
KHK
1983 kanon 277 & 1 : “ Para klerikus terikat kewajiban untuk memelihara
tarak sempurna dan seumur hidup, demi kerajaan surga dan karena itu terikat selibat
yang merupakan anugerah istimewa Allah; dengan itu para pelayan rohani dapat
lebih mudah bersatu dengan Kristus dengan hati tak terbagi dan membaktikan diri
lebih bebas untuk pengabdian kepada Allah dan kepada sesama manusia”.
Ensiklik
Sacerdotalis Celibatus “ Kemurnian demi kerajaan surga bukan suatu yang
diperoleh sekali untuk selama-lamanya tetapi
adalah akibat suatu perjuangan.
Yohanes.
1: 47 “......lihat, inilah seorang israel sejati tidak ada kepalsuan
didalamnya”
Matius.
19 : 11-12 “ Akan tetapi ia berkata kepada mereka : tidak semua orang mengerti perkataan itu,
hanya mereka yang dikaruniai saja..... dan ada orang yang membuat dirinya
demikian karena kemauannya sendiri oleh karena kerajaan surga”
Matus.
16 : 24 “....setiap orang yang mau mengikuti aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya dan mengikuti Aku”.
BAB
III
KEHIDUPAN
DI BIARA
3.1
Seni Hidup Di Biara
Orang-orang yang hidup di biara adalah
mereka yang merasa terpanggil untuk hidup selibat demi kerajaan Allah. Seharusnya
dengan sendirinya mereka merasa bahagia sebab ini adalah pilihan mereka
sendiri, beda lagi kalau ada paksaan dari pihak luar, mereka yang mendapat
paksaan akan mengalami kesulitan dan tidak krasan/betah hidup di biara. Sikap
yang dipilih dengan sengaja itu dilakukan karena nilai yang jauh lebih luhur
dari nilai-nilai lainnya, yakni demi kerajaan surga. Matius 19 : 12 “...dan ada
orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri okeh karena
kerajaan surga”. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti”.
Melaui
hidup bersama kita dapat saling memberi perhatian kepada orang lain. Dietrich
Bonhoeffer berkata “ orang yang
mencintai komunitas menghancurkan komunitas; orang yang mencintai
saudara-saudaranya membangun komunitas”. Dalam komunitas kita akan
mendapat kasih sayang dan cinta dari orang lain dan dengan sendirinya karena
kedekatan kita dengan doa, buku-buku rohani, nasihat-nasihat dari para sahabat
dan formator kita akan tergerak untuk saling mengasihi satu sama lain
sebagaimana Kristus yang telah mengasihi kita. Kalau didalam kita sudah
tergerak untuk mencintai saudara kita maka rasanya indah sekali hidup
berkomunitas. Bercanda bersama, menangis bersama, berjuang bersama sebagai
saudara, bukan karena ada hubungan darah tapi itulah saudara yang tak sedarah,
selain kita selalu bersama dalam suka maupun duka dalam komunitas kita juga
perlu menyendiri dan bersekutu dengan Allah, orang yang haus akan doa akan
menyukai waktu-waktu hening bersama Allah. Dalam biara kita dapat berjumpa dengan
Allah secara pribadi dan mendalam. Allah mencintai kita dan memasukan kita ke
dalam rahasia dan kasih Tritungal, didalamnya kita dapat tinggal dalam kasihNya.
Semakin erat hubungan kita dengan Allah semakin kita menyadari dan menemukan
arti hidup yakni suatu kedamaian batin hingga orang dapat berpikir bahwa biara
adalah surga yang Allah berikan dibawah matahari ini.
3.2 Tantangan Yang
Biasa Dihadapi Dalam Biara
Masalah atau tantangan adalah seni
karena dengan itu kemampuan kita semakin nampak, kita semakin dikuatkan dan
menjadi suatu pribadi yang integral. Contoh-contoh masalah yang biasa dihadapi
yaitu masalah keluarga, entah orang tua yang tidak merestui, orang tua yang
kurang mampu membiayai, orang tua yang mempercayakan kita untuk mewarisi kekayaan
atau aset keluarga, orang tua yang berharap agar kita dapat menjadi anak yang
mampu merawat mereka dimasa tua mereka bahkan orang tua yang mengharapkan
supaya anaknya menjadi tulang punggung keluarga, dan masih banyak lagi yang
lain. Berdasarkan pengalaman, keluarga menjadi salah satu faktor tantangan yang
besar bagi para postulan. Kemudian tantangan yang sekanjutnya yaitu sulitnya
menyesuaikan diri dengan pola hidup di biara, contoh ketika dirumah tidak pernah bangun pagi-pagi
untuk berdoa, kini harus bangun pagi setiap hari. Hal ini dapat membuat yang
bersangkutan mengalami tantangan yang apabila tidak diatasi maka bisa saja yang
bersangkutan mengundurkan diri karena hal spele ini yang padahal awalnya ia
punya semangat yang berkobar-kobar untuk menjadi seorang imam/bruder demi
melayani orang lain. Kemudian masalah selanjutnya yaitu masalah studi, ini juga
tantangan yang tidak bisa dianggap spele karena setiap orang memiliki daya
tangkap yang berbeda-beda, dan kalau kita tidak bisa menyesuaikan diri maka
cepat atau lambat kita akan keluar dari biara, inilah yang dinamakan seleksi
alam.
3.2.1
Mengatasi Tantangan Yang Sering Dihadapi
Untuk membantu para postulan/formandi
dalam mencapai kedewasaan dalam bertindak dan cara berpikir
a)
Semangat
Menghayati Injil
Para
postulan harus menyerahkan diri secara total kepada Allah. Mengasihi dan
mengabdi Tuhan dan sesama dengan hati yang tak terbagi. Berpantang dari segala
sesuatu yang bertentangan dengan kemurnia batin atas keutamaan dan cinta bakti
kepada Tuhan. Mulai menyadari untuk setia dengan pilihan hidup, gembira total,
bebas dan penuh kasih menanggapi cinta kasih Kristus. Merelakan diri untuk
pengabdian kepada Tuhan dan sesama, bersatu akrab dengan Kristus, mulai
menghayati doa dan devosi.
b)
Kemampuan
Hidup Komunitas
Komunitas
menjadi tempat transformasi diri: hidup bersama untuk semakin dapat menghayati
dan mewujutkan panggilan ( F.M.Prasetio.1992 : 2007 ). Oleh karena itu mutu
komunitas dilihat dari kemampuannya mendukung pertumbuhan nilai-nilai yang dipilih
dengan bebas dan diikarkannya mendukung masing-masing anggota untuk mencintai
Allah dengan sepenuh hati. Komunitas menjadi tanda kehadiran cinta dan
kesetiaan kristus karena setiap anggota mau mengambil bagian dalam cinta Kristus.
Cinta ini menjadi nyata dalam usaha saling memberikan diri dalam komunitas.
Dalam
komunitas juga diharapkan untuk hidup sehati dan sejiwa, saling mengilhami
untuk mengambil sikap hidup yang sungguh kristiani, mengabdikan diri penuh
cinta kasih kepada satu sama lain, mewujutkan cinta kasih Kristus dalam hidup
bersama, saling membantu bila menghadapi kesulitan, saling memahami dan
mempercayai, saling memberi peluang bagi gerak hidup, sanggup mendengarkan,
sanggup berkorban dengan tulus, ikut senang dan bangga terhadap keberhasilan
orang lain, memiliki sikap hidup bersahajat: sederhana dalam tingkah laku,
tidak menuntut lebih, tidak fanatik memegang pendapat sendiri, dan memiliki
kesetiakawanan yang tulus dan pengabdian dengan gembira. Membuka diri, mengakui
kelemahan dan kelebihan orang lain, menolong orang lain dengan penuh penuh rasa
cinta kasih sehingga orang lain merasa diperlakukan seperti seorang saudara
kandung, serta mau berkorban bagi orang
lain.
c)
Kemampuan
Untuk Menerima Kenyataan
Seorang
postulan termaksud dewasa apabila ia terbuka untuk mengetahui dan menerima
dirinya dan orang lain.dalam hal studi, apabila kita mengetahui dimana
kelemahan kita, kita harus terima itu sebagai kenyataan dan harus kita akui
kalau dibidang tertentu kita memiliki kelemahan. Namun kita tidak hanya
berhenti sampai disitu saja melainkan berjuang dengan semangat pembaharuan
terus-menerus dan harus yakin bahwa tantangan apapun kalau kita punya tekat
yang kuat dan semangat yang tinggi kita pasti dapat melewatinya dengan baik.
Kita percaya bukan hanya pada hal-hal yang ternyata mendatangkan keberhasilan
tetapi juga terhadap hal-hal yang sedang kita usahakan, dan bila mengalami
kegagalan itu hal yang wajar bahkan menjadi nutrisi bagi kesuksesan kita jadi
jangan pernah mengeluh dan putus asa. Sebab orang sukses adalah orang yang
banyak mengalami kegagalan.
3.3
Penyebab Orang Tidak Merasa Betah Hidup
Di Biara
Ritme hidup yang monoton membuat orang
merasa bosan dan pengen keluar dari biara untuk menikmati hidup yang lebih
menggembirakan, apalagi biara yang dengan tembol-tembok yang tinggi yang tidak
mengijinkan para anggota biara seenaknya keluar dari komunitas. Selain itu
sulitnya untuk bergaul dengan orang lain yang berbeda suku, karakter, budaya,
membuat orang merasa tidak dapat hidup besama karena latarbelakang yang
berbeda-beda apalagi orang yang mudah tersinggung sakit hati. Bila bertemu
dengan orang lain yang bicaranya kasar atau bergurau yang berlebihan yang
menurut mereka sendiri adalah hal yang biasa, misalnya orang timur ( flores)
dan batak, ini adalah dua suku yang sama-sama dalam tanda kutip bisa dibilang keras,
yang berbeda dengan orang jawa yang cenderung halus, lembut. Untuk itu kita
tidak mungkin memaksakan orang lain harus sama dengan kita. Selanjutnya mengapa
orang tidak betah hidup dibiara itu juga dikarenakan belum adanya tujuan yang
pasti dia belum menentukan mau jadi apa, karena ada perasaan ragu-ragu atau
hanya karena melaksanakan tuntutan lingkungan seperti masuk biara hanya karena
disuruh orang tua, atau masuk biara karena ikut-ikutan orang lain, karena teman
dekat masuk biara maka kita juga harus masuk biara seperti ini yang bahaya,
akan rentang sekali untuk keluar dari biara kalau motivasinya seperti ini.
3.3.1
Menjadikan Biara Tempat Yang Menyenangkan
Agar para postulan dapat memahami hidup dibiara, dengan demikian semakin betah
dan tidak cepat-cepat memutuskan untuk keluar.
a.
Sebuah
Penghayatan
Dalam
mengikuti setiap proses pmbinaan di biara, kita tidak bisa hanya mengikuti
berbagai aktivitas di dalam biara kita hanya mengikuti jadwal yang
ditentukan. Dalam setiap kegiatan kita
harus menghayatinya sebagai bentuk pengendalian diri terhadap pelbagai
keinginan yang tidak teratur, kemudian melaksanakan kegiatan atau pekerjaan
dengan tulus dan cinta sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan dan sesama.
Dengan demikian kita akan memiliki semangat dalam aktivitas apapun karena
semuanya demi kemuliaan Tuhan dan kedamaian batin kita sendiri.
b.
Kedewasaan
Hubungan Dengan Orang Lain
Kita
harus sanggup mencintai, perhatian yang sejati, berempati dan melayani sesama
dengan tulus. Ini bukan hal yang mudah untuk itu kita harus terus mengolahnya
setiap hari. Kita harus membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tanpa
ada konflik dalam setiap situasi, kita harus sanggup bekerja dalam kelompok
yang lawanya adalah sikap yang menghindari segala macam konflik, sikap
ketergantungan pada orang lain atau sebaliknya sepi menyendiri. Kemampuan untuk
bersikap rileks dan bergembira pada saat yang sama bersikap sungguh-sungguh
bila dibutuhkan. Rasa syukur yang mendalam dan ketakjuban atas hal duniawi,
namun pada saat yang sama memiliki sikap lepas-lepas terhadap hal ihwal
tersebut.
c.
Mampu
Membatinkan Nilai Pangggilan
Kita
harus mampu menerima iman dan kepercayaan kaena memang sesuai dengan sistem
dasariah nilai dan tujuan hidupnya, sehingga rangsangan dari luar lebih
sekunder sifatnya. Dengan segala mutu kepribadian ia akan berusaha maju dan
bertekun dalam panggilan dan hidup rohaninya sebagai calon biarawan/ klerus.
Pembatinan
terjadi apabilah seseorang menerima nilai yang membuatnya makin terbuka untuk
menghayati dan semakin mendorongnya untuk mengubah diri. Ia semakin bersedia
untuk diubah oleh nilai tersebut dan itu dilakukan demi cinta dan kepentingan
bukannya untuk maksud lain seperti defensif utilitaris.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Hidup
di biara adalah salah satu seni dalam hidup ini, kita akan semakin mengenal
pribadi kita dan sesama secara lebih mendalam.
2) Kita
dapat semakin mencintai Tuhan dan sesama.
3) Melalui
persoalan dan pelbagai tantangan yang menimpah diri kita akan menjadikann kita
sebagai pribadi yang utuh.
4) Kita
akan memperoleh rahmat dari Allah dalam setiap tantangan yang kita hadapi
melalui doa dan penyerahan diri.
5) Kita
semakin memiliki banyak waktu untuk Tuhan, sesama dan diri sendiri melalui
aturan hidup dalam biara bukan supaya kita terkekang melainkan agar hidup kita
rapi teratur
6) Melalui
doa kita dapat menyingkirkan keinginan-keinginan yang tidak teratur dalam diri
kita yang dapat menyebabkan kita menderita.
7) Kita
akan memperoleh kedamaian sejati yakni kebebasan batin, keserasian, ketenangan,
dan tidak terikat dengan hal-hal duniawi.
8) Kita
menjadi manusia yang mempersembahkan seluruh hidup kita bagi tuhan. Yang
semuanya demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita.
4.2 Saran
1) sebaiknya
kita harus sadar akan pentingnya pengetahuan tentang seni hidup di biara agar
dapat semakin menghayati hidup panggilan dan menjadikan biara sebagai tempat
yang menyenangkan bukan merupakan sebuah penjara.
2) Dalam
hidup ini setiap orang pasti mempunyai masalah dan masalah itu akan datang
terus, jadi jangan mudah putus asa dan cepat mengambil keputusan tanpa
pemikiran yang panjang.
3) Kenali
diri sendiri dan jadilah bijak.
DAFTAR PUSTAKA
Knight,
David. 2001. Menanggapi Yesus. Jakarta: Obor
Nowen,
J, M, Hendrik dkk.1998. komunitas
alternatif. Yogyakarta: Kanisius
Prince,
Derek. 1994. Tujuan hidup. Jakarta:
Yayasan Pengkabaran Injil Imanuel
Widarso,
wisnubroto. 1994. Kiat hidup sukses. Yogyakarta: Kanisius