RESENSI BUKU
Komunitas alternatif, Hidup Bersama
Menebarkan Kasih
Henri
J.M.Nouwen & Jean Vanier.Mgr.I.Suharyo,Pr (editor) Malang: Penerbit
Kanisius, 1998.
Halaman:
78
ISBN
979-672-225-9
Ditinjau oleh: Alfresius Ngese Doja
Postulat Stella Maris Malang
Dalam buku
ini dibagi menjadi dua sub tema yakni komunitas dan keheningan sebagai pusat Hidup
komunitas yang menyuburkan, pada tema yang pertama ada beberapa hal yang
menjelaskan mengenai komunitas. Komunitas adalah tempat kita mengalami rasa
sakit karena karena komunitas adalah tempat kita mengalami kehilangan, konflik,
dan kematian. Tetapi komunitas adalah juga tempat kita mengalami kebangkitan.
Komunitas adalah tempat konflik maksudnya konflik yang terdapat dalam diri kita
masing-masing. Pertama-tama konflik antara nilai-nilai dunia dan nilai-nilai
komunitas, antara kebersamaan dan ketidaktergantungan. Komunitas juga menuntut
orang mati terhadap diri sendiri, agar para anggota dapat berkembang menjadi
satu, menjadi milik satu sama lain tetapi tidak secara tertutup.persatuan itu
menjadi sedemikian rupa sehingga setiap orang berkembang dalam kemerdekaan
batinnya.
Buku ini
baik dibaca untuk mereka yang mengalami hidup berkomunitas seperti para
postulat karena dengan demikian akan memahami prinsip-prinsip dalam hidup
berkomunitas sehingga kita dapat menemukan kebahagian dalam hidup berkomunitas.
Seperti yang dijelaskan dalam buku ini bahwa komunitas adalah tempat orang
saling memberi perhatian kepada orang lain. Dietrich Bonhoeffer berkata” orang
yang mencintai komunitas menghancurkan komunitas; orang yang mencintai
saudara-saudaranya membangun komunitas.” Komunitas bukanlah ideal abstrak. Kita
tidak berjuang mati-matian untuk membangun komunitas yang sempurna. Komunitas
bukanlah cita-cita, tetapi manusia dalam komunitas kita dipanggil untuk
mencintai orang lain sebagaimana adanya, dengan luka-luka, kekurangan, dan
kelebihanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Komunitas bukanlah
sekelompok orang yang memandang orang lain dengan sikap menghukum dan menghakimi;
komunitas bukanlah sekelompok orang yang senang dengan kekerasa. Komunitas
adalah paguyuban hidup orang-orang yang percaya. Kalau hati mereka
dipersembahkan kepada Allah, Allah akan menjadi kekuatan dan benteng hidup
kita.
Orang
yang menyerahkan diri adalah orang yang mudah terluka, mudah dijatuhkan, bahkan
dihancurkan, seperti Yesus. Suatu
komunitas yang lebih percaya pada Allah dari pada kebenaran”perkaranya” sendiri
selalu dapat diserang dan dihancurkan, tetapi kehancuran itu akan disusul
kebangkitan. Ada kekuatan yang tersembuni dalam sikap yang terbuka, anti
kekerasan dan rela dilukai; dalam sikap percaya dan berharap pada kebangkita
karena yakin bahwa kita dicintai dan bahwa Allah menuntun kita; dalam kelemahan
dan kekecilan kita. Kita bukanlah orang yang menganggap diri lebih baik. Kita
bukanlah kelompok elit istimewa kita adalah orang yang miskin tetapi dihimpun
oleh Allah dan mempercayakan diri kepadaNya. Inilah yang disebut komunitas
kerajaan Allah.
Masuk
dalam tema yang kedua penulis mulai menguraikan “keheningan sebagai pusat hidup
komunitas yang menyuburkan” menurut penulis keheningan adalah tempat kita
mengalami ikatan persaudaraan atau persahabatan(= intimitas) yang kuat dan
mendalam, lebih dari pada ikatan yang dapat
terjadi ketakutan dan kemarahan. Dalam keheningan, kita menyadari bahwa
komunitas tidak didirikan oleh manusia, melainkan dianugerahkan oleh Allah.
Ketika kita berdoa sendiri, belajar, membaca atau menarik diri dari
tempat-tempat kita secara jasmaniah berjumpa dengan orang lain, kita masuk
dalam intimitas yang lebih dalam satu sama lain. Menurut penulis juga komunitas
adalah hakiki bagi kehidupan komunitas karena didalamnya kita menemukan
kesatuan atau ikatan yang sudah ada sebelum kita bertindak apa pun untuk
mengusahakannya. Keheningan membebaskan kita dari tekanan rasa takut dan marah
dan membuat kita mampu hadir ditengah-tengah dunia yang keras dan kasar sebagai
tanda pengharapan dan sumber kekuatan.pendek kata keheningan menciptakan
komunitas yang merdeka, yang membuat orang-orang yang melihatnya berucap,”lihat
bagaimana mereka saling mengasihi.”
Dalam
buku ini juga yang menurut pandangan saya yang unik yaitu ketika peulis
menjelaskan panggilan bersama hal 60. panggilan pribadi tidak boleh
dilawankan dengan panggilan bersama karena dalam keheningan kita dapat melihat
cara-cara yang dapat kita tempuh untuk mengabdikan bakat-bakat pribadi kita
dalam pelayanan bersama. Kita keliru kalaukita berpikir bahwa kita menemukan
panggilan kita dalam bakat-bakat istimewa yang ada pada diri kita. Dalam
keheningan kita mengambil jarak dari berbagai pilihan dan pikiran yang
ditawarkan oleh saudara-saudara kita dan terbuka terhadap Allah. Dalam
keheningan itu kita dapat mendengarkan Dia dengan penuh perhatian dan
membeda-bedakan mana yang merupakan keinginan kita dan mana yang merupakan
tugas kita; mana yang merupakan nafsu kita dan mana yang merupakan panggilan
kita; mana yang merupakan harapan hati dan mana yang merupakan panggilan Allah.
Singkatnya penulis mau mengatakan bahwa dalam komunitas keheningan merupakan
bagian integral hidup sehari-hari, sehingga kita tidak tuli terhadap kehendak
Allah dan terlalu memusatkan perhatian untuk mengerjakan” urusan-urusan saya
sendiri”.dalam komunitas sepeerti ini kesadaran akan panggilan dan perutusan
bersama menjadi kabur.
Sekali
lagi buku ini sangat baik dibaca untuk para biarawan yang hidup dalam komunitas
karena dengan membacanya kita akan menemukan hal-hal apa saja yang berkaitan
dengan hidup bersama, sehingga kita tidak lagi terlalu memfokuskan diri pada
pribadi kita tapi mengutamakan hidup berkomunitas yang jauh lebih penting tanpa
mengurangi waktu untuk menyendiri. Dalam komunitas kataatan yang berarti
mendengar panggilan Allah merupakan hal yang utama yang harus dijalankan oleh
komunitas sebagai keseluruhan, dan tidak dapat disederhanakan menjadi sekadar
hubungan antara para anggota dan pemimpin.ketaatan kepada pemimpin hanya dapat
dialami sebagai penerimaan kehendak Allah kalau ketaatan itu dialami sebagai bagian
integral sikap mendengarkan yang dilakukan oleh seluruh komunitas. Ketaatan seperti
ini jelas tidak merupakan hal yang mudah. Ketaatan seperti ini adalah suatu
gaya hidup. Dalam gaya hidup seperti itu, kita sebagai anggota komunitas terus
menerus kembali masuk ke dalam keheningan agar semakin peka terhadap
jalan-jalan yang digunakan oleh Allah untuk memanggil kita sekarang ini, pada
tempat ini. Menurut saya buku ini memiliki sedikit berbeda dengan biasanya
yakni tidak dijelaskan per bab melainkan dengan sub-sub teman yang hanya dibagi
menjadi dua bagian besar.